Sekitar pukul 3 pagi aku terbangun dan ternyata
sudah sampai di Stasiun Semarang Tawang. Dan Mas yang duduk disamping aku
turun. Kami pun langsung melonjorkan kaki kami kesana hahaha, satu pemikiran
ternyata. Perjalanan pun dilanjutkan.
Aku terbangun lagi, sekitar pukul 5 atau setengah
6 pagi, sinar matahari mulai memaksa masuk ke dalam kereta lewat jendela kaca.
Ku naiki sedikit penutup jendela dan membiarkan kedua mataku menerima sinar
matahari itu. Cuma satu kata yang terlintas saat mataku sudah mulai tersadar,
SUBHANALLAH. Keren banget, langsung kuambil handphone dan mulai merekam dan
instastory ahahah #anakekinian. Masih sekitar 1 jam untuk sampai di Stasiun
Surabaya Pasar Turi. Inginku lanjutkan tidur, namu tidak bisa sedangkan Puput
dan Enno masih terlelap dalam mimpinya. Pandangan mataku menatap keluar
jendela, sesekali aku melihat jalanan, perumahan, kebun orang dan lainnya. Beberapa warga lokal sudah
memulai aktivitasnya, ada yang bekerja, mengantar anaknya sekolah, mungkin juga
ada yang kepasar.
Terdengar suara
petugas yang memberitahukan bahwa sebentar lagi akan tiba di Stasiun Pasar
Turi. Ku membangunkan Puput dan Enno agar bersiap diri. Koper-koper kami mulai
turunkan dan letakkan di gang tempat kami duduk berhadapan. Tak lama kemudian,
kereta sudah memasuki Stasiun Surabaya Pasar Turi, kami menunggu sampai kereta
benar-benar berhenti dan lagi pula ini stasiun terakhir, jadi tidak terlalu
buru-buru. Kakiku melangkah melewati tempat duduk gerbong 8 untuk menuju pintu
gerbong 8. Kakiku meminjakkan kakinya pertama kali di Stasiun Surabaya Pasar Turi dan kuangkat koperku. Ku
berjalan perlahan dan menghirup udara pagi di Surabaya. Dan tak lupa berpose di
depan tulisan Surabaya Pasar Turi hehehe.
Setelah keluar stasiun, langsung mencari teman Puput si Tika yang ternyata
nunggu di bangku depan loket gitu. Aku mencoba mencari arah hotel karna jarak hanya sekitar 500-600m. Tapi karena ga
tau arah, jadi buka Google Maps hehehe. Sepanjang kami keluar dari stasiun,
banyak sekali yang menawarkan jasa pengantaran, ada yang menggunakan becak,
mobil MPV, taksi dan sebagainya. Namun karena jarak yang cukup dekat, kami tolak
secara halus. Kami berjalan mengikuti arahan Google Maps. Cuaca seketika
berubah, saat turun dari kereta udara sejuk dan matahari belum terlalu panas,
saat ini panas mulai menyetuh kulit-kulit kami. Kami melanjutkan perjalanan,
dan arahnya ke arah pasar Turi. Sedikit agak bingung sih, emang ada hotel ya
disini? Ko ga keliatan hotelnya. Karna kami jalan sesuai arahan, ya kami
yakin-yakin saja sih. Saat aku melihat ke arah kanan, nama hotel yang kami
pesan pun terlihat. First opinion, di ruko ya ternyata? Sumpah ga nyangka
banget. Padahal kalo di webnya bagus, ga nyangka sih di ruko gitu. Karna ga ada
pilihan lain, ya udah kita mantapkan diri untuk ke lobby dan untungnya ketemu
sama staff yang udah chat sama aku sebelumnya, Mba Adista dan bisa cek in jam
08:00 TANPA BIAYA EXTRA dengan ketentuan kita out di hari yang sama. Kita dapat
2 kunci dan menuju lantai 3. Aku dengan Puput sedangkan Tika dengan Enno. Rasa
pegal masih menempel di tubuh, jadi kita sepakat untuk istirahat dahulu sembari
nyari tempat wisata untuk membunuh waktu sebelum trip.
Cukup istirahat selama
1 jam, aku membongkar koperku untuk mengambil baju yang akan kupakai hari ini.
Aku mandi dan menyusun ulang koperku, antara baju bersih dan baju kotor. Tika
dan Enno ke kamar aku dan Puput untuk mendiskusikan tempat wisata yang mau
dikunjungi. Ada beberapa pilihan, Hutan Bambu Keputeh, Pantai Kenjeran Lama,
Taman Mangrove dan sebagainya. Karna kita cuma punya batas waktu sampai jam 8
malam. Jadi kita putuskan ke Hutan Bambu Keputeh dan Pantai Kenjeran Lama.
Setelah semua mandi dan siap, kami pun berjalan ke depan Pasar Turi untuk
memesan transportasi online. Alasan ga pesan dari hotel karena One Way dan
takut malah ribetin si drivernya. Kami menggunakan 2 aplikasi transportasi
online dan membandingkan mana yang lebih murah.
Setelah menunggu cukup
lama sekitar 15 menit dan matahari mulai makin memancarkan sinarnya ke bumi,
akhirnya kami pun mendapatkan transportasi online. Driver pertama kita, seorang
Bapak dan kita mengkonfirmasi bahwa kita akan ke Taman Bamu Keputeh. Jarak yang
kami tempuh dari Pasar Turi hingga Taman Bambu Keputeh kurang lebih selama
25-30 menit (13km). Alasan kami kesana karna melihat dari post orang-orang yang
ada di IG dan bagus, so kita kesana. Sesampai disana, 1 kata : panas, sumpah ga
boong, panas melebihi jakarta, tapi karna disekelilingin pohon bambu, jadi ada
rasa adem-adem. Taman Bambu ini deket dengan terminal angkutan umum gitu dan karna nama tamannya adalah Taman Bambu jadi isinya
bambu semua. Terdapat 2 sisi kanan dan kiri yang ada pohon bambunya, dan tidak
ada tiket masuk gitu alias gratis. Kami milih sisi kanan dari arah pintu masuk
karena lebih sepi, sedangkan yang kiri sepertinya sedang ada yang shooting atau
photo shoot gitu dibanding menganggu lebih baik minggir. Kita mulai mencari
spot foto yang bagus. Karna kami berempat, jadi bergantian gitu fotonya, hampir
1 jam kita foto-foto di Taman Bambu itu. Setelah puas, rasa haus mulai datang.
Kami pun mencari warung atau tempat makan. Namun mata kami tertuju pada Gerobak
Es Kelapa yang ada di pintu masuk Taman Bambu ini. Karna kurang tau daerah
sini, ya uda kita putuskan untuk minum es kelapa dulu untuk menghilangkan rasa
dahaga ini. Es Kelapanya seger banget, efek kehausan hahaha. Saat minum es kelapa, ada chat masuk. Dari
salah satu TL trip kita ke Banyuwangi. Namanya Mas Nasir, ia memberitahu bahwa
meeting point berubah ke Stasiun Gubeng Baru. Enggak lama kemudian, ia menelpon
dan menanyakan posisi kami dimana. Ya, aku jelaskan kita lagi dimana dan aku
mulai bertanya, berapa orang yang ikut trip, naik apa ke Banyuwangi, cewek
berapa, cowok berapa dan sebagainya. Setelah Mas Nasir menjawab pertanyaan aku,
telepon pun kami tutup. Aku menjelaskan ke Puput, Enno dan Tika kalo meeting
Pointnya berubah ke Stasiun Gubeng Baru, yang ikut 8 orang, 7 cewek dan 1 cowok
saat itu dan naik Elf Long. Karna aku kerja di perusahaan yang mengeluarkan
kendaraan tersebut, jadi aku tau Elf Long gimana dan kalo diisi 8 orang sih
parah lega plong bangetttttt.
Rasa dahaga hilang,
rasa lapar pun datang. Setelah bayar es kelapa yang kita minum, kita tanya
warung makan terdekat dimana, karna kalo jauh-jauh lagi effort biaya dan waktu
juga. Mba penjualnya bilang kalo di dalam terminal ada warung-warung yang jual
makanan. Kita mencoba berjalan ke terminal, tapi langkah terhenti karna isinya
cowok semua dan kita berempat cewek semua karna agak takut, jadi kita keluar
terminal saja dan menemukan di sebrang terminal ada warung Soto Ayam. Kita
langsung menuju kesana dan memesan 4 porsi Soto Ayam, secara harga sama seperti
di Jakarta sekitar 12ribuan. Setelah makan, kita istirahat sebentar dan
mendiskusikan kemana lagi setelah dari ini. Aku serahkan kepada Puput, Enno dan
Tika mau kemana mereka dan aku manut aja. Oke, next kita ke Pantai Kenjeran.
Tapi kita bingung karna ada 2 Pantai Kenjeran, yaitu: Pantai Kenjeran Lama dan Pantai Kenjeran Baru. Setelah mencari tau
apa bedanya, kami pun memilih ke Pantai Kenjeran Lama.
Kami memesan transportasi online lagi untuk
kesana, perjalanan kami tempuh kurang lebih 20 menit (8-9km). Mungkin karena
masih ada rasa lelah dan juga panas, tanpa ada aba-aba kami tertidur lelap,
maafkan kami ya Pak Driver hehehe. Akun terbangun dari tidur pendek ku dan
langsung melihat pemandangan laut, WOWWWWW. Laut. Tak lama dari aku bangun,
kita sampai di Pantai Kenjeran Lama. Tapi kita bingung, lho ko gini doang,
katanya ada Pagodanya, tapi ko ga keliatan. Puput pun bertanya kepada petugas
disana mengenai pagoda dan ternyata kalo yang ada Pagoda itu Pantai Kenjeran
Baru, kita pun cuma tertawa. Mulai debat, tadi googling di Kenjeran Lama ko,
kalo Kenjeran Baru itu waterpark. Setelah konfirmasi lagi, akhirnya kita pesan
transportasi onlie untuk ke Pantai Kenjeran Baru dan cuma 5 menitan sampe.
Sampai disana, si Bapak Drivernya bilang “ Saya ga usah masuk ya, kalo masuk
harus bayar lagi sekitar 30ribuan”. Aku jawab “Sippo Pak”. Kita pun turun dan
bertanya ke petugas jaga yang ada disana. Oia selain beda lokasi antara
Kenjeran Lama dan Baru, kepemilikkannya pun berbeda. Kalo Pantai Kenjeran Lama
milik Pemda sedangkan Pantai Kenjeran Baru milik swasta.
Aku : “Siang
Pak, kalo mau ke Pagoda gimana ya?”
Petugas :
“Wahh, jauh ini. Jalan sekitar 2km, biasanya ada kancil (sejenis odong-odong
berjalan kalo di Jakarta), tapi hari ini lagi ga beroperasi”
Kita : “Yahhhh,
Ya Allah mau jalan-jalan ada aja cobaannya”
Petugas :
“ Kalo mau saya anter, ntar bayar 5ribu per orang aja, saya antar naik motor”
Ya udah, mau ga mau.
Udah nanggung pula kan. Kita bayar tiket masuknnya sekitar 15ribu dahulu. Kirain
dianter satu per satu. Eh ternyata boti (bonceng tiga) hahaha. Ya udahlah, kita
iyain aja biar bisa kesana. Puput dan Enno kloter pertama sedangkan aku dan
Tika kloter kedua. Sepanjang perjalanan, Masnya menjelaskan kalo dia bakal
anter ke paling ujung, jadi ntar ga bolak balik. Dan ternyata emang jauh banget
hahaha, kalo jalan kaki ga tau deh sampenya kapan. Dia memberikan saran,
pertama ke Klenteng Sanggar Agung,
Patung Brahma 4 Rupa, Pagoda Tian Ti dan bisa ntar bisa searah pintu keluar.
Aku pun minta nomor yang bisa dihubungi, jadi kalo mau pulang tinggal
nelpon ke Masnya aja biar bisa dijemput.
Sedikit kecewa sih
selama perjalanan dari pintu masuk hingga ke Klenteng Sanggar Agung. Banyak
daun-daun kering berserakan, cat yang mengelupas, lampu lampion dengan
bungkusannya sudah rusak, cukup banyak sampah di sekitar laut dan sebagainya.
Sedih aja gitu, tempatnya bagus tapi seperti tidak terawat.
1.
Klenteng
Sanggar Agung
Namanya juga klenteng, sudah pasti tempat berdoa.
Jadi disini ada 2 pintu masuk, yaitu : Pintu untuk sembahyang dan yang bukan.
Karena kita tidak sembayang, kita masuk ke pintu yang satunya. Aroma bau dupa
tercium kental dan sedan ada beberapa umat yang sedang sembahyang, kami
menundukan sedikit kepala untuk permisi. Kita melewati sebuah ruang sembahyang
juga ternyata tapi tidak ada orang yang sedang sembahyang. Kita keluar dari
ruang tersebut dan langsung disajikan pemandangan 2 ekor naga besar dan latar belakang
laut. WOW... Kita berjalan ke arah laut, namun lautnya sedang surut jadi yang
terlihat hanya lumpur dan bintang yang begerak berbentuk seperti katak namun
berbuntut seperti kecebong. Tempatnya sepi, mungkin karna tidak ada acara besar
agama dan juga sedang hari kerja. Kita mengambil beberapa foto dan meminta
orang untuk memfotokan kami berempat hehehe.
2.
Patung
Brahma 4 Rupa
Lokasinya tepat disebrang Klenteng Sanggar Agung.
Disini ada 1 patung besar yang memiliki 4 wajah sesuai arah mata angin. Kita hanya
berfoto sebentar dan melihat beberapa pekerja sedang merapihkan area dan juga
ada patung Gajah putih. Namun gajahnya membelakangi patungnya.
3.
Pagoda
Tian Ti
Saat perjalanan dari pintu masuk ke Klenteng Sanggar
Agung, memang aku melihat pagoda dan jarak dari posisi kita saat ini cukup jauh
mungkin sekitar 10 menitan. Jauh? Emang sih sebenarnya. Jalan kaki pula. Ya
udah kita jalanin aja, sambil santai dan menikmati pemandangan ini. Sesampai di
Pagoda cukup banyak orang yang menggunakan baju seragam salah satu brand
minuman, sepertinya akan ada acara di sekitaran Pagoda Tian Ti. Oh ya, yang mau
kesini hati-hati ya banyak jebakan alias adanya kotoran kuda dan tersebar dimana-mana. So, ati-ati.
Matahari masih cukup menyengat, kami pun berpisah. Aku dan Enno berfoto didekat
Pagoda Tian Ti, sedangkan Puput berfoto sambi neduh di pohon-pohon sekitaran
Pagoda. Kita berfoto berempat dengan alas tas yang ditumpuk dan diatur taro
ditanah, hasilnya not bad lah.
Karena waktu juga sudah menunjukkan waktu
sekitar pukul 4 sore, kita pun memutuskan untuk pulang saja karna masih
berbersih dan makan malam dahulu sebelum meeting poin di Stasiun Gubeng Baru.
Bingung antara jalan kaki atau menelpon Masnya untuk minta jemput, namun
langkah tetap berjalan ke arah pintu keluar. Saat berjalan ada odong-odong
lewat dan menawarkan tumpangan untuk ke pintu keluar dan 1 orang kena 5ribu.
Tanpa pikir panjang, langsung naik dan musik dangdut pun dinyalakan hahaha.
Sampai dipintu keluar, langsung pesan transportasi online. Perjalanan menuju
hotel pun dimulai.
Sesampainya di hotel, kita mandi dan
sesudah sholat keluar cari makan. Disini aku request makan bebek Sinjay karna
penasaran sama rasanya. Sebelum keluar, tanya sama staff hotel, ada yang
terkenal ga selain Bebek Sinjay, Bapaknya ga tau tentang Bebek Sinjay. Aku pun
bingung. Ko ga tau? Aku coba chat Mba Adis, balasan tak kunjung datang.Akhirnya
kita putuskan untuk makan Bebek Sinjay.
Pesan transportasi online lagi, selama di perjalanan Bapaknya bilang banyak,
poinnya:
1.
Kenapa
milih hotel daerah sini? Bahaya kalo udah malem buat cewek-cewek. Perasaan kita
para cewek yang awalnya ngerasa aman-aman aja berubah jadi deg-degan.
2.
Kenapa
milih Bebek Sinjay? Ada yang lebih enak, Bebek deket Tugu Pahlawan. Ga lama,
Mba Adista info ke Bebek Tugu aja mba. TELAT.
3.
Bapaknya
asal Jakarta dan tinggal di Johar Baru deket daerah rumah Enno ternyata.
4.
Setelah
Bapaknya tau, kalo kita mau ke Ijen, kita diberitahu kalo Ijen lebih dingin
dibandingin Bromo. Hmmm,,,, Di Bromo aja udah double 4 baju dan masih kedinginan.
Kalo di Ijen butuh berapa lapis lagi???
Udah sampai di rumah
makan Bebek Sinjay dan kita pesan. Kita
pesan dan bayar langsung, jadi kalo udah selesai makan bisa langsung pergi.
Harganya sekitar 25ribu dan sudah dapat minum. Satu porsi Bebek Sinjay, nasi
putihnya banyak, bebeknya super empuk dan dikasih sambal mangga ternyata. Aku
selalu berfikir kalo bebek madura pakai bumbu basah coklat itu, ternyata tidak
ya, apa tergantung pemiliknya juga. Ya udah, ada nasi di depan mata, ya kita makan.
Efek jalan-jalan jauh dan melelahkan, kita hanya perlu menghabiskan 10
menitan nasi bebek di depan kita. Sudah kenyang makan, istirahat sebentar dan
kembali ke hotel untuk siap-siap, cek out dan menuju Stasiun Gubeng Baru.
Kami pun sampai hotel naik
transportasi online lagi, ganti baju, cek barang-barang lagi ada yang
tertinggal atau ga. Semua aman dan kita menuju lift, ini juga ada cerita agak
serem juga sih. Saat kita naik berempat, lift cukup penuh, akhirnya kita bagi
2. Enno dan Tika duluan, lalu aku dan Puput. Saat aku dan Puput naik, lift
tidak mau tertutup, saat mau tertutup lalu terbuka lagi, itu terjadi 2x. Aku
dan Puput deg-degan dan Cuma bisa mengucapkan salam dan berdoa. Aku dan Puput
keluar lift, membiarkan lift turun dan terbuka lagi di hadapan aku dan Puput.
Aku mencoba mengajak Puput, apa sendiri-sendiri aja naiknya. Jawaban Puput
bulan : TIDAK. Kita coba baca Bismillah, baca doa dan permisi. Alhamdulillah
lift mau ditutup dan turun ke lantai 1. Aku dan Puput mau cerita tapi kita
tahan, saat di Stasiun aja ceritanya jangan disini. Kita pun cek out dan
menunggu transportasi online untuk menjemput kita. Jujur sih, selama di
Surabaya kita selalu dapat driver Bapak-Bapak dibanding anak muda. Selama di
perjalanan menuju Stasiun Gubeng Baru, kita disajikan dengan lampu warna-warni
yang digantung disepanjang jalan atau di kali. Keren banget, sumpah. Ibu Risma
kerennnn.
Sesampai di Stasiun Gubeng
Baru, kita menunggu Mas Nasir untuk pick up kita. Handphoneku berdering dan
telpon dari Mas Nasir. Aku info, kalo kita di pintu keberangkatan. Mas Nasir
pun bilang “Oh, saya liat. Saya yang angkat tangan”. Ohh, I see. Akhirnya kita
berempat bertemu mas Nasir. Mas Nasir info, masih ada 1 orang lagi ya, kita
tunggu dulu. Kita mengangguk dan masih sempat berfoto di pintu keberangkatan
sembari menunggu peserta trip 1 lagi. Mas Nasir berbicara dengan seseorang
dengan memberi arahan dimana posisi kita menunggu orang itu. Seorang perempuan
menggunakan rok tutu pink panjang berjalan ke arah kita dan menghampiri Mas
Nasir. Ohh, ini pesertanya. Kita berkenalan dan jujur aku lupa namanya. Sumpah
ga boong (panggil aja si A). Udah kumpul semua, kita pun ke naik Elf. Waktu dibukain pintu Elfnya, sumpah
speechless cuy, alasannya: kursinya dilapisin, dapat bantal, kurisnya empuk, luas,
ada speakernya juga. So, recommed banget
buat trip. Di dalam Elf, Mas Nasir bilang bahwa kita harus ke Bandara dulu
karna masih ada 3 orang dari sana dan setelah itu kita ke Banyuwangi. Ha ini
beneran cuma 8 orang? Naik Elf pula? Alhamdulillah. Sampai di Bandara, kita
jemput 2 peserta lainnya, namanya Anggun, Anggi dan Widi. Peserta udah kumpul
semua, let’s go to Banyuwangi. Bismillah. Mas Nasir bilang. Nanti kita makannya
pas subuh yaa, belom pernah makan pas subuh kan? Nanti kita cobain. Kita mah
iya-iya aja toh subuh kan sekitar jam jam 4an menuju setengah 5 kalo di
Jakarta. Rasa kantuk datang dan kita pun tidur. Karna saking luasnya Elf dan
nyaman, ga butuh waktu lama untuk tidur.
Komentar
Posting Komentar